Confessions of a Broken Heart (Daughter to Father)

by - 20.11



Sabtu, 05 Maret 2016
Malam ini entah kenapa menjadi kelabu. Aku melihat sebuah tayangan tv, acara dangdut, ya aku suka itu. Tapi bukan itu, dalam acara ini banyak kisah yang ditayangkan dan malam ini membahas sosok ayah.
Aku tak kuasa menahan tangis, entah kenapa lagi. Aku cengeng. Ya.
Ketika seseorang membicarakan tentang ayah, aku bingung siapa yang harus aku rindukan?
Alasan mengapa anak perempuan begitu mencintai ayahnya adalah bahwa setidaknya ada satu lelaki didunia ini yg tidak akan pernah menyakitinya.
Seharusnya begitu...
Seharusnya begitu...
Sekali lagi, seharusnya begitu...
Tapi dimana sosok ayah yang tidak akan pernah menyakiti putrinya itu?
Aku termenung, menangis, bukan karena rindu, bukan karena sakit hati. Tapi karena aku bahagia.
Waktu takkan pernah bisa dikembalikan, dan waktu yang membuat hidupku seperti ini sekarang. Aku anak pertama, tapi bukan anak pertamanya.
Aku hanya terlahir dari seorang Ibu yang menjadi benalu dalam keluarganya, aku tidak pernah malu karena aku bangga pada ibuku.
Mungkin kesalahannya dulu tapi jika tidak begitu, maka aku tidak akan disini sekarang.

Aku memang putrinya, darahnya mengalir dalam tubuhku..
Tapi sesekali aku berpikir, bolehkah..bisakah darah ini aku ganti? Jika bisa, maka aku ingin. Tapi disisi lain aku berpikir bahwa hati tak boleh membenci, Tuhan selalu punya rencana yang lain.
Terkadang aku iri dengan anak lain, yang hidup bahagia bersama keluarganya, meski tak sempurna seperti dalam dongeng ataupun sinetron, setidaknya mereka berada dalam atap yang sama, saling berbagi, bercanda, tertawa, menangis, marah, berkeluh kesah. Hangat.
Sedangkan aku, bagaimana aku hidup? Aku berdiri dikakiku sendiri, tanpa pelukan, tanpa sapaan, tanpa nasihat dari seseorang yang darahnya ada dalam diriku.
Aku kuat.

Mama menikah saat usianya masih belasan tahun, masih terlampau muda, tapi tidak bagi masyarakat jaman dulu. Ia bertemu dengan seseorang yang bisa aku bilang ayah. Em no, aku memanggilnya babeh. Dia betawi.
Saat itu babeh sudah memiliki seorang istri dan dua putri, aku kenal mereka tapi tidak akrab. Keinginan babeh adalah punya anak laki-laki, entah kenapa, mungkin baginya laki-laki merupakan jagoan penerusnya. Aku tidak suka kutipan ini. Hingga ia menikah dengan mama.
Babeh cukup berada saat itu. Tapi sayang, ada kebiasaan buruk yang membuat babeh kemudian hancur akibat ulahnya sendiri. Semua habis, tak bersisa.
Yang mengenaskan,
Kedua istrinya hamil.
Istri pertamanya mengandung anak ketiga. Sebelumnya mama pernah hamil tapi mengalami keguguran dan akhirnya aku terlahir sebagai anak pertama. Dari babeh, aku anak ke empatnya.
Dengan kondisi ekonomi yang makin buruk, bagaimana caranya hidup seimbang bersama?
Salah satu harus mengalah. Dan mama yang sangat harus mengalah. Istri pertamanya melahirkan seorang putra, jagoan yang diimpi-impikan. Dan aku sebagai perempuan.
Sejak saat itu, entah aku lupa atau tidak pernah, tapi aku memang tidak pernah melihat babeh. Tidak pernah mengenal sosoknya.
Babeh memberi aku nama 'Astria', komponennya sama seperti nama kaka perempuanku 'Asrita'.
Mama mengganti namaku. 'Mela' nama yang aku gunakan hingga sekarang. Dan aku suka.

Tahun berlalu, pertemuan pertamaku dengan babeh. Aku masih sangat kecil, mungkin masih SD. Dan aku belum mengerti..aku tidak tahu sosok yang ada dihadapanku. Hanya beberapa jam dan kami tidak pernah bertemu lagi.
Mama menikah lagi dengan ayah dari adikku, tapi sayang..kini tidak bersama lagi, mereka berpisah saat usiaku 8tahun ,aku akan ceritakan lain kali.
Aku tinggal terpisah dengan mama dan adikku. Aku bertemu mama hanya saat membayar sekolah, mama harus kerja. Itu yang membuat aku bangga, usia mama saat itu masih sangat muda, mungkin seusiaku sekarang. Dengan kisah yang dia jalani, dia mampu membesarkan anak-anaknya. Mama selalu bilang "mama begini, tapi anak-anak mama harus hebat, harus pintar, sekolah tinggi"
Mungkin ini yang membuat aku takut ketika tidak masuk peringkat 5 besar disekolah.
Kehidupan berlanjut, Mama kembali menikah dengan seorang pria. Usianya lebih tua dari mama. Dia duda dengan dua orang anak yang sudah dewasa. Saat itu aku kelas 4 sd dan harus pindah sekolah karena pindah rumah. Pria itu sangatlah baik, aku menyebutnya Papa. Aku menemukan sosok ayah yang tak pernah aku temukan sebelumnya. Dia mengerti aku, apa yang aku mau dan aku butuhkan sebagai anak. Dia selalu memanjakanku, menganggapku tidak seperti anak tiri dan bahkan Ia selalu mengajakku untuk mencari babeh.
Bahagia itu sesaat, itu benar.
Semua lagi-lagi kandas. Aku sudah ada dibangku SMP. Aku tumbuh dengan pikiran yang mulai mengerti dengan cerita kehidupanku. Hari itu, Papa pamit, dia bilang ada urusan pekerjaan diluar kota. Tapi...

Ia tak kembali.
Aku menunggu satu hari,
Dua hari,
Tiga hari,
Seminggu,
Sebulan,
Setahun

Hingga bertahun-tahun. Tidak ada alasan yang jelas. Mungkin dia menemukan perempuan lain.

Sejak itu aku lemah, penyakitan.
Aku kehilangan ayah lagi.
tapi lama kelamaan aku mengerti, bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan harapan. Apa yang terjadi adalah pembelajaran, adalah kenangan, adalah bagian dari galeri kehidupanku.
Kami berusaha untuk melanjutkan hidup. Bertahan untuk harapan baru yang lebih bahagia.

Aku sudah SMA, aku mulai bahagia kembali, menemukan sahabat-sahabat terbaik. Aku gemuk.
Dalam satu waktu, aku bertemu dengan babeh. Entah bagaimana caranya, aku lupa. Babeh membelikan aku motor, aku beri nama 'puna'. Alay memang, tapi tak apa. Aku bahagia.
Lagi-lagi untuk sesaat.
Sebelum motor itu diambil oleh pihak dealer. Mengenaskan.
Babeh menghilang.
Aku benci. Kali ini.
Hingga esoknya entah bagaimana lagi, Papa menghubungiku. Ini keajaiban. Dia menyuruhku kedepan gang dan memberikan aku sebuah motor, meski tidak baru. Aku beri nama 'marun'.
Dan papa kemudian menghilang.

Tahun 2012. Babeh muncul. Dia menghubungiku. Dia bilang aku harus kenal dengan kakak-kakakku. Aku bingung, tapi aku tahu mereka dari cerita mama. Babeh mengatur pertemuanku dengan satu-satunya anak lelakinya. Abangku, sebut saja namanya T (bukan mawar) aku memanggilnya aa, dia lebih tua meski setahun.
Dia baik, dia menerimaku sebagai adiknya. Dia tahu bagaimana aku ditinggalkan saat aku lahir, mungkin dari cerita nenekku. Aku senang karena ternyata aku memiliki kakak yang bisa aku jadikan perlindungan, meski Ibunya membenciku.
Aku berulang tahun ke 17,satu minggu lagi. Aku menghubungi babeh dan minta untuk pergi makan. Babeh bilang iya.
Aku pikir hubungan kami akan membaik. Aku kira begitu..
Tapi aku salah,
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif". Ucapan dihari ulangtahunku.
Berkali-kali babeh berjanji, tapi dia selalu ingkar.
Iya. Besok. Hari senin. Hari rabu. Sabtu. Nanti. Aku bosan mendengarnya.
Dan aku berhenti untuk menghubunginya. Terserah jika dia menghubungiku lebih dulu, aku pasti menjawab dengan ketus.
Terakhir bertemu, dia datang kerumah untuk minta maaf sebelum pergi ke tanah suci.
Aku dan Mama memaafkan. Tapi hanya begitu, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi hingga detik ini, mungkin sudah 2 tahun meski aku tahu dia dimana. Begitu juga tidak pernah bertemu dengan abangku sejak dia menikah.
Lagi-lagi aku kehilangan mereka.
Belum lama. Di 2014. Papa muncul. Lagi.
Mengejutkan dan membuat trauma mendalam. Aku tidak bisa cerita.
Tapi yang pasti, aku benci dia.

Aku sedih, seseorang yang aku anggap sebagai ayah yang baik nyatanya memiliki maksud lain.
Kemudian aku membuatnya menghilang dari kehidupanku.
Saat ini aku tersadar, ayah ada. Tapi bukan untuk menyayangiku dengan tulus. Aku mungkin tidak seberuntung anak lain dengan keluarga yang utuh tapi aku lebih punya banyak warna, banyak kisah, yang membuat aku sekuat sekarang.
Satu hal yang aku syukuri, karena seorang ayah aku belajar banyak hal, bagaimana caranya menjalani hidup meski tangan tak pernah menggenggam,jiwa tak pernah mencinta,mata tak saling bertatap dan mulut yang tak saling menyapa. Aku belajar lebih mandiri,lebih tegar dan lebih bahagia dari pada anak yang lain. Terimakasih untuk ayah-ayahku tercinta:')
Satu hal, ini bukanlah aib. Dan aku tidak pernah menanggapnya sebagai aib. Ini adalah potret kehidupanku, bagian dari hidupku. Tidak perlu malu. Pelajaran bagi orang lain, anak-anak diluar sana yang hidup dengan keluarga yang tidak utuh, hidup tidak berhenti kecuali kita mati, jangan pernah merasa tidak beruntung dan kecewa dengan orangtua. Kita harus buktikan, tanpa keluarga yang utuh kita bisa juga bahagia, bisa sukses dan membanggakan.
Selamat malam!




You May Also Like

0 komentar